Lamaran tanpa WO (Rundown ada di sini

Setiap pasangan punya tujuan untuk menikah. Di zaman sekarang, rangkaian pernikahan cukup panjang. Mulai dari lamaran, siraman, akad, resepsi, dan ngunduh mantu (kalau ada tambahan, boleh dishare di kolom komen ya). Tidak ada pagu yang mewajibkan rangkaian tersebut, balik lagi ke calon pengantin dan keluarga mau bagaimana disesuaikan dengan ketentuan adat atau agama dan tentunya budget (ini yang terpenting). Untuk menuju pernikahan, kita mengenal acara lamaran. Tentu, ini tidak wajib, tapi penulis memang ingin mengadakan acara lamaran sebelum pernikahan sebagai ajang silaturahmi dan perkenalan keluarga besar, serta sebagai wadah diskusi untuk jenjang selanjutnya (menikah). Sebagai kaum hemat, penulis memberanikan diri untuk menyelenggarakan acara lamaran tanpa wedding organizer. Jujur, ini sangat menghemat pengeluaran. Di sini penulis akan memberikan tahapan membuat acara lamaran sendiri berdasarkan pengalaman ya!

  1. Tentukan 5W + 1H

Why: First of all, harus tau dulu alasan mengapa harus ada acara lamaran 😊

What: Isi acara lamaran bakal ada sesi apa saja

Who: Yang diundang mau siapa saja dan berapa orang. Penulis hanya mengundang keluarga besar total 50 orang, tidak ada satupun teman dari kedua belah pihak. Alasannya pandemic, padahal mah biar hemat aja.

When: Mau kapan diselenggarakannya? Pagi atau malam?

Where: Tempatnya dimana? Kalau sekiranya rumah kalian cukup untuk menampung tamu, di rumah aja lebih irit dan leluasa, dana sewa tempat bisa disalurkan ke dekorasi.

How: Gimana rangkaian acara dan vendor-vendornya? Bagaimana pula budgetnya?

2. List vendor & hunting.

Setelah ada konsep, budget, selanjutnya action cari vendor yang sesuai dengan tema dan budget kalian. Aku tau, kalian pengen acaranya sempurna tapi ingat jangan memaksakan. Kalau vendor pilihan kalian harganya ketinggian atau jadwalnya sudah full booked, cari vendor setipe lainnya. Jangan berlarut meratapi vendor utama, buang-buang waktu dan tenaga. Terus, vendor apa aja sih yang dibutuhin buat acara lamaran? Cek nomor 3 ya!

3. Buat engagement checklist

Ini memudahkan untuk monitoring persiapan kamu dan vendor. Follow up jadi lebih gampang. Dibikin per minggu atau per dua minggu juga bebas, contohnya kayak gini:

4. Buat rundown

Sambal menunggu hari H dan monitor segala kesiapan untuk acara, sempatkan untuk buat rundown acara lamaran kamu. 2 jam cukup sih, selanjutnya ramah tamah antar keluarga harusnya. Berikut rundown yang aku buat untuk lamaranku sendiri. Ini gak ada pedomannya ya, bisa disesuaikan dengan keinginan masing-masing. Kebetulan kerjaan aku di kantor juga bikin list dan rundown acara, jadi ya udah kebiasaan. Malah pengen nge-MC-in acara lamaran sendiri biar lebih irit HAHAHA

Simple, kan? Kalau dijalanin lumayan ruwet hehe apalagi aku dan suami dulu LDR (sekarang juga LDM) jadi kalau ada yang simple, kenapa dibikin ribet. Untuk yang berminat, filenya aku engagement checklist dan rundown aku share gratis di google drive ya, silakan dan selamat merencanakan lamaran. Kalau ada yang mau ditanya, monggo dipersilakan di kolom komen 😊

https://drive.google.com/drive/folders/19BWm20J8G6Q24L4la_bBIXxqVDYWi7EH?usp=share_link

Kerja Sambil Kuliah, Why Not?

Tahun 2017 adalah tahun yang memorable bagi saya karena saat itu saya telah membuat keputusan yang cukup besar dalam hidup saya. Bukan, bukan soal menikah 😀 Tapi memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi saya, tentunya dengan tetap bekerja.

“Kok kuliah lagi? Kenapa?” Pertanyaan paling sering terlontar dari circle saya pada saat saya bilang ingin kuliah lagi. Hmm kenapa ya? Saya sih waktu itu jawabnya, “Siapa tau bisa jadi dosen” atau “Emang cita-cita dari dulu sih pengen S2, mumpung ada kesempatan dan belum berkeluarga. Jadi lebih free” gitu.. Tapi kayak jawaban diplomatis ya HAHA.

Tidak semua orang tau alasan mengapa saya memutuskan untuk kembali kuliah. Sebenarnya saya sedang merasa jenuh di tahun kedua saya bekerja. Jenuh bukan berarti kerjaan/kantornya buruk ya. Memang saya sendiri bosenan terhadap sesuatu, tapi saya juga selalu cari solusinya. Saya tidak berniat resign dan cari kerjaan lagi pada saat itu. 2 tahun bekerja di kantor saya, tentu sudah bisa melihat dinamika pekerjaan dan cari-cari celah untuk mengembangkan diri to the next level 😉 Akhirnya saya memilih ambil S2 sebagai “pelarian” saya dari kejenuhan pekerjaan.

Singkat cerita saya memilih Manajemen Komunikasi Universitas Indonesia sebagai program magister saya. Perjalanan memilih tempat kuliah dan prosesnya nanti akan saya jabarkan di tulisan selanjutnya ya. Setelah dipastikan lolos S2, perasaan berbunga-bunga seperti saat pertama keterima kerja itu muncul kembali (ok ini agak cringe). Tapi benar, saking excited-nya, saya putuskan pindah kostan ke Jakarta biar lebih dekat sama kampus karena kuliahnya weekdays ya bund dari pukul 18.00-21.00. Saya lebih baik subuh-subuh ke Tangerang daripada malam-malam balik ke Tangerang.

Perlu dicatat, S2 saya ini dibiayai oleh diri saya sendiri. Sehingga tidak ada ikatan dari kantor atau lembaga manapun. Saya bertanggung jawab kepada diri saya sendiri. Satu semester pertama, jujur keteteran, sering nangis di kamar sendiri kalau kecapean, tapi suka ada perasaan senang setelah kelas. Kayak… yes nambah ilmu baru nih. Sabtu-Minggu kirain bakal santai, taunya selalu diisi dengan kerja kelompok atau kerjain tugas. Mana kerjaan saya tidak mengenal Sabtu-Minggu hehe. Cuma bisa bersabar aja dan yakin suatu saat akan selesai.

Setelah menjalani perkuliahan ini, saya menambah teman dari kalangan praktisi dan akademisi. Insight bertambah dari berbagai pihak, lebih open minded, saat bekerja lebih bisa memanajemen waktu, dan benar, kuliah ini adalah refreshment buat saya yang jenuh dengan kantor. Pada akhirnya, saya bisa menjalani keduanya. Kuliah dan kerja, dengan seiizin dan pemakluman dari atasan tentunya. Kalau dikomunikasikan dengan baik, beliau-beliau ini akan mengerti dan memaklumi. Nah, jadikan kepercayaan itu sebagai tanggung jawab juga ya 🙂 Balik-balik ke kantor setelah kelar kuliah, cukup melegakan dan menyegarkan. Keputusan saya untuk kuliah lagi gak salah dong ya…

Kalau bertanya pada teman sekelas, apa alasan mereka kuliah lagi? Ya kira-kira begini jawabannya:

  • Tuntutan pekerjaan (ada dosen muda, ada pula yang dibiayai kantornya untuk melanjutkan kuliah).
  • Fresh graduate yang masih on fire mencari ilmu.
  • Disuruh orang tua.
  • Memang ingin S2 untuk kepuasan diri sendiri.

Ya alasan-alasan yang masuk akal dan wajar sih. Tidak ada larangan bagi seseorang yang ingin meng-upgrade dirinya. Saya salut ketika tau ada working mom yang masih mau kuliah. Dan ia tidak kuliah asal-asalan, terlihat dari setiap dia presentasi benar-benar paham dan idenya luar biasa. Kalau ada yang bilang saya hebat bisa kerja sambil kuliah, mereka belum ketemu aja dengan teman-teman saya. Menjadi seorang karyawan, istri, ibu, dan mahasiswa in the same time is pretty amazing. Saya juga salut sama teman-teman saya yang memutuskan kuliah dan berhasil menamatkannya.

Intinya, selagi ada kesempatan, kemauan, atasan dan materi yang mendukung, tunggu apalagi? Cuss kuliah lagi, tuntutlah ilmu setinggi mungkin. Ingat, inflasi pendidikan di Indonesia bertambah 15% setiap tahunnya 😀

Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas warga negara. Semoga dapat menjadi motivasi bagi rekan-rekan untuk melanjutkan pendidikannya.

“Ini beneran berhijab?” – Tanya Orang-Orang

5 Mei 2019 akan menjadi tanggal bersejarah bagi kehidupan saya. Mengapa? Pada tanggal tersebut, saya memantapkan hati untuk menggunakan kerudung (seterusnya disebut dengan berhijab). Saya merasa saya cukup tertinggal teman-teman yang lain dalam berhijab. Tapi, kemarin-kemarin memang saya belum mau berhijab karena ada urusan duniawi yang masih saya kejar HAHAHA 😀

Untuk teman-teman dekat atau keluarga mungkin tau, saya ini tipikal yang sangat penuh pertimbangan dalam memutuskan sesuatu, hingga cenderung santai dalam mengambil keputusan. Alhamdulillah, keluarga (ayah dan ibu) tidak menuntut saya harus berkerudung, mereka tetap mengingatkan akan anjuran menggunakan kerudung juga jangan mempermainkan kerudung. Jadi, kalau memang sudah berkerudung jangan sampai dibuka lagi. Nah, alasan ini juga yang membuat saya menunggu hati ini bulat untuk berkerudung. Ya, kalau lepas tutup, memangnya helm? 😉

Hari pertama saya berkerudung itu bersamaan dengan event Kementerian BUMN di Hari Minggu. Di sana saya bertemu rekan-rekan saya, Direksi saya, beberapa ada yang tanya apakah ini permanen atau cuma seremonial saja. Jujur ingin tertawa, tapi saya cuma jawab “Insya Allah, doain aja ya..” Padahal, once saya memutuskan sesuatu, pantang rasanya menarik kembali keputusan itu 🙂

Keesokannya saya ke kantor dengan berhijab, kebetulan bertepatan dengan puasa hari pertama. Di dalam ruangan, ada teman saya bilang “ada acara keagamaan ya Shab, dampingi Direksi?” Saya jawab sama senyum dan ketawa saja. Ya, beberapa orang mengira saya lagi ada acara keagamaan, makanya berkerudung. Saya tidak habis pikir mengapa sebegitunya orang-orang berpikir tentang saya HAHAHA.

Hari Selasa, kalau tidak salah di kantor memanggil Ustadz kenamaan karena memang ada acara kajian spesial Ramadan. Saya hadir di acara itu, isinya perempuan semua. Saya duduk sebelah teman dekat saya yang beda divisi. Dia tidak tanya apa-apa, “oh aman” ujar saya dalam hati. Saya ikuti acara itu sampai akhir. Sampai bubar, beberapa orang mendekati saya dan bertanya (lagi) “Shab, ini beneran kerudungan?” jawaban saya template “Insya Allah, doain ya”.

Lama tidak ig story-an, akhirnya saat ada bukber bersama teman-teman, saya post video dan foto yang jelas saya berkerudung. Mulai dari situ, orang-orang banyak nge-dm. Ada yang tetap nanya beneran bakal berkerudung terus atau edisi Ramadan doang, ada yang mendoakan agar istiqomah, ada yang muji “Masya Allah, cantiknya hijaban” (ya saya mungkin gak cantik sebelum hijaban 😀 ).

Oh ya, orang tua tidak saya beri tahu kalau saya berhijab. Tapi, sepertinya mereka tahu dari adik saya. Karena adik saya tergolong orang yang tidak percaya saya berhijab HAHA. Respon positif kalau dari orang tua wkwkw ya what do you expect, sih ya. Yang lucu adalah respon dari salah satu Direktur saya. Dia bertanya, “Shabriena, ini edisi Ramadan ya hijabannya? Kenapa kamu, putus cinta ya atau biar cepet lulus?” Saya hanya bisa tertawa sambil menjelaskan sekenannya.

Jadi, mengapa saya berhijab? Kalau mau bicara agama, saya jujur salah. Harusnya sejak akil baligh saya berhijab. Tapi setiap orang kan punya justifikasi ya untuk memutuskan pilihan hidupnya. Saya juga punya, mungkin tidak untuk di-share di sini. Tapi, saya memutuskan berhijab setelah mengalami up and down di hidup saya belakangan ini. Saya sempat berpikir, mungkin beberapa kejadian sebelumnya itu mengingatkan saya untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Sampai detik saya post tulisan ini, alhamdulillah sudah 1 tahun lebih saya tetap mengenakan hijab saya.

Mungkin saya bukan orang yang agamis, terlahir di Kota Santri (Tasikmalaya) tidak membuat saya auto soleha 😀 Namun, bukankah setiap orang perlu membuat dirinya menjadi lebih baik dari waktu ke waktu? 🙂

 

 

 

Aladdin (Spoiler Alert!)

aladdin.jpg

Calling all Disney lovers! Untuk saya sendiri, film Aladdin ini merupakan penantian panjang saya karena secara pribadi, saya suka karakter Princess Disney! But, to be honest, pas lihat trailer-nya ya saya tidak berekspektasi apapun. Jalan cerita film Aladdin akan sama dengan cerita Aladdin di buku-buku dongeng. Untuk cast Aladdin dan Princess Jasmine, jujur kurang suka pas di trailer (karena gak begitu familiar aja ya kaan mukanya). Beda saat trailer Beauty and The Beast release, ya yang jadi Princess Belle-nya Ema Watson, cuy! Alias Hermione, bagi saya yang Potterhead juga ya excited banget lah 😀

Okay kembali ke Aladdin. Alur ceritanya throwback gitu, jadi ada satu keluarga yang sedang berlayar. Kedua anaknya melihat kapal yang lebih besar dan merasa kapal yang ditumpanginya kecil. Kemudian diketahuilah oleh sang Bapak. Kemudian Bapak ini bercerita mengapa seharusnya mereka cukup senang dengan kapal kecil ini. Nah, barulah masuk ke cerita Aladdin.

Scene awal yang menampilkan Aladdin dan monyetnya (Abu) itu membuat saya jadi jatuh hati sama Aladdin yang diperankan Mena Massoud. GANTENG MASYA ALLAH. Mungkin karena Mena orang Egypt (walaupun dia tinggal di Kanada) jadi, kesan Aladdin yang tampan khas Timur Tengah itu megang banget! Aladdin itu memang sosok yang lincah, terlihat sepanjang film dia gemar loncat sana loncat sini. Dia pencuri ulung, jadi memang terbiasa untuk lari dari kejaran massa 😀 saya pun suka sama peran Abu, si monyet pintar. Walaupun dia suka mencuri juga 😐

Masuk ke pertemuan Aladdin dengan Jasmine di pasar. Namun, Jasmine tidak mengaku sebagai seorang putri dari Agrabah. Ia mengaku sebagai Dalia, pembantu tuan putri. Di sini juga, saya yang sempat meng-underestimate Naomi Scott sebagai Princess Jasmine, cukup terpana karena kecantikan Naomi. Dengan dandanan khas putri Timur Tengah, ia cocok dengan perannya. Walupun menurut saya pribadi, Naomi kurang ke-Arab-Arab-an mukanya haha dan kulitnya kurang tanning sebagai Princess Jasmine.

Terjadi kesalahpahaman antara Aladdin dengan Jasmine yang mengharuskan Aladdin bertandang ke Istana. Namanya juga istana, penjagaannya ketat. Karena kecerdikannya, Aladdin mampu sampai dengan selamat ke kamarnya Princess Jasmine. Jasmine tertegun dan keheranan mengapa Aladdin bisa sampai ke kamarnya. Saat itu juga sang Putri masih mau menutup identitasnya sebagai Putri. Dengan bantuan Dalia, Jasmine masih bisa menutup identitasnya. Turn out, Aladdin harus meninggalkan kamar Jasmine. Sampai keluar, bertemulah dengan si Jafar, kepercayaan Sultan (ayahnya Jasmine). Jafar ini jahat, ia mengincar posisi Sultan. Dia tau bahwa satu-satunya jalan dengan memiliki lampu ajaib. Masalahnya, lampu ajaib ini berada di gua yang tidak semua orang bisa masuk, alias hanya orang terpilih. Jafar punya burung peliharaan, namanya Lago, Lago inilah yang memberitahu Jafar bahwa ada Aladdin di istana dan berpotensi bisa masuk ke gua untuk mengambil lampu ajaib.

Akhirnya, dibawalah Aladdin ke gua tersebut oleh Jafar. Diiming-imingi jika Aladdin berhasil membawa lampu ajaib, Jafar akan membuat Aladdin menjadi pangerannya Jasmine. Tertarik dengan hal itu, Aladdin menyanggupi masuk ke gua. Saat menanjaki keluar gua, Aladdin hampir jatuh dan meminta pertolongan Jafar. Namun, Jafar meminta lampu terlebih dulu. Aladdin tidak mau, terjadi penipuan muslihat 😀 Jafar mengambil lampu ajaib dan menjatuhkan Aladdin ke gua. Tapi, Abu berhasil mengambil lampu kembali dan Jafar tidak mendapat apapun.

Gua tertutup pintunya. Kini tinggal Aladdin, Abu, lampu ajaib, dan permadani terbang. Aladdin menggosok lampu dan keluarlah Genie! Nah, ini scene yang bikin takjub. Bagaimana Genie yang diperankan Will Smith sangat menghibur dan menggemaskan >.< Seperti layaknya cerita Aladdin sebelum-sebelumnya, sebagai bentuk terima kasih Jin kepada Aladdin yang telah mengeluarkannya dari lampu selama 1000 tahun, Jin akan mengabulkan 3 permintaan Aladdin.

Permintaan pertama Aladdin adalah untuk keluar dari gua. Terkabul! Permintaan kedua, Aladdin ingin menjadi pangeran karena Jasmine hanya dapat menikah dengan Pangeran. Terkabul juga. Aladdin seolah-olah menjadi Pengeran kaya-raya. Akhirnya Aladdin dan rombongan mendatangi istana dengan maksud melamar Jasmine. Sumpah, scene ini favorit saya. Betapa mewahnya iring-iringan tanjidor Aladdin ini dan beberapa persembahan untuk sang Putri, iring-iringan ini dipimpin oleh Genie HAHAHA.

Mulus? Tidak juga. Ada Jafar di sana dan ia masih mengenal Aladdin meski Aladdin mengubah identitasnya menjadi Prince Ali. Namun, Princess Jasmine masih belum menyadari bahwa itu Aladdin. Sampai pada malam di mana Aladdin ikut pesta istana, setelahnya ia mendatangi kamar Jasmine dan mengajaknya naik permadani terbang. Terlantunlah lagu A Whole New World dengan indah.

Kisah kasih Aladdin-Jasmine tidaklah mulus. Aladdin ditangkap Jafar untuk diminta lampu ajaibnya. Enggan memberi, Aladdin dijatuhkan ke laut. Di laut, Aladdin ditolong oleh Genie namun sebagai teman dan tidak dihitung sebagai permintaan. Setelah sadar, ia kembali ke istana, menghancurkan tongkat sihir Jafar. Dari sini terjadi kejar-kejaran si lampu ajaib. Sayangnya, lampu ajaib ini berhasil dimiliki Jafar. Permintaan pertama Jafar menjadi sultan, terkabul. Kedua, menjadi penyihir terkuat, terkabul juga. Ketiga, menjadi lebih kuat dari Genie. Terkabul. Namun, Genie berhasil memasukan Jafar ke dalam lampu sehingga ia akan terkurung selamanya.

Jasmine juga sudah menyadari bahwa Prince Ali=Aladdin. Ia sedih karena sadar bahwa ia harus menikah dengan pangeran. Namun, saat itu juga ayahnya mengangkat Jasmine jadi penerus kerajaan. Dengan begitu, otomatis ia dapat menghapus peraturan yang menyatakan bahwa Putri harus menikah dengan Pangeran. Di sisi lain, Aladdin berjalan keluar istana dengan wajah sedih. Genie menanyakan apakah ia masih ingin bersama Jasmine, maka gosoklah lampu dan minta permintaan sebagai permintaan terahir. Aladdin mengiyakan, namun permintaan terakhirnya adalah “Genie harus terbebas”. Ini moment mengharukan menurut saya karena dengan bebasnya Genie, maka ia menjadi manusia seutuhnya dan tidak menjadi Jin lagi. Mereka berdua berpelukan sebagai sahabat.

Jasmine mengejar Aladdin, dan yaa sudah dipastikan mereka happily ever after 🙂

Btw, ada yang bisa tebak, keluarga siapakah yang ada di scene awal film yang menceritakan kisah Aladdin ini? 😉

Perjalanan Menjadi Insan AirNav Indonesia (Bagian 2-Tamat)

Setelah merilis bagian pertama, adalah sebuah hutang untuk  melunasinya di bagian kedua atau bagian terakhir ini. Sekali lagi saya ingatkan bahwasanya cerita saya ini based on true story, ya. Jikalau ada perbedaan cerita dengan teman-teman AirNav lainnya, mungkin jalur masuknya berbeda. Kebetulan saya masuk melalui jalur rekrutmen umum.

Baiklah, setelah tahap psikotest dan FGD, kurang lebih dua minggu setelahnya saya menerima surel dari AirNav yang menyatakan saya lolos ke tahap berikutnya. Tahap berikutnya adalah tes kesehatan! Agak worry karena jujur, saya belum pernah mengikuti rangkaian tes kesehatan. Saya kurang tahu juga kondisi fisik saya fit atau tidak. Tapi sejak ada ketentuan tes kesehatan ini, saya berusaha menjaga tubuh saya agar sehat.

Tes kesehatan ini dilaksanakan dalam rentang tiga hari. Jadi, saya bisa memilih mau hari pertama, kedua, atau ketiga. Tes kesehatan ini bekerja sama dengan seluruh cabang klinik PRAMITA di Indonesia. Karena di Tasik tidak ada klinik tersebut, akhirnya saya melaksanakan tes kesehatan di klinik PRAMITA Bandung. Bayar? Tidak, alias gratis. Saya hanya perlu membawa kartu identitas dan menyebutkan nomor registrasi. Begitu tahu kita akan tes kesehatan untuk AirNav, mereka memberitahu tahapan tesnya apa saja. Tesnya cukup lengkap, saya lupa apa saja, yang saya ingat sih tes darah (sesudah dan sebelum makan), tes EKG, tes mata, dkk. (maaf ya lupa lagi)

Mungkin di perusahaan lain, tes kesehatan ini tahapan terakhir. Tapi tidak dengan AirNav, setelah tes kesehatan masih ada tes wawancara akhir. Dan Alhamdulillah saya lolos di tes kesehatan, langsung tes wawancara akhir di Kantor Pusat AirNav Indonesia, Tangerang. Ini kali pertama saya menginjakan kaki ke kantor AirNav. Excited? Definitely YES!

Oh ya, jarak waktu dari tes kesehatan ke tes wawancara akhir cukup lama, pemirsa! Hampir dua bulan lamanya menunggu. Nah,selama dua bulan yang harap-harap cemas itu saya ikut tes kerja lainnya. Tapi tetap, prioritas untuk AirNav hehe.

Akhir Mei 2015 saya melakukan tes wawancara akhir. Ya, akhirnya saya bertemu dengan teman-teman seperjuangan. Singkat cerita, saya hanya berkenalan dengan teman-teman lulusan komunikasi. Karena memang, wawancara ini dilakukan per-divisi yang dilihat dari per-lulusan. Misal, lulusan teknik akan diwawancara oleh orang dari Direktorat Teknik AirNav, lulusan komunikasi akan diwawancara oleh Corporate Secretary (tapi pada waktu itu Pak CS berhalangan hadir, sehingga diwakilkan oleh Kepala Divisi lain), lulusan psikologi diwawancara oleh HRD, seperti itu~

Apa yang saya persiapkan? Saya pelajari seluk-beluk AirNav Indonesia, mulai dari visi misi, corporate value, saya juga baca berita-berita di media yang berkaitan dengan AirNav. Karena saya lulusan komunikasi dengan konsenterasi hubungan masyarakat, maka saya cari beberapa contoh statement pihak AirNav dalam crisis handling. Apa yang bisa saya analisis dan bagaimana semestinya. Se-prepare itu saya :’)

Saya diwawancara oleh salah satu kepala divisi dari HRD. Beliau cukup ramah, ini yang terpenting. Beliau tidak membuat saya gugup! Pertama, saya diminta untuk memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris. Kemudian ditanya motivasi masuk AirNav, ditanya apa yang kita ketahui tentang AirNav. Lucunya, setelah membaca CV saya, beliau bertanya pengalaman saya selama menjadi Duta Bahasa Jawa Barat dan Mojang Kota Tasikmalaya.

Saya juga disuruh menilai kelebihan saya dengan peserta yang lain, sehingga mengapa saya pantas diterima di AirNav. Kemudian, pertanyaan selanjutnya cukup ngeri. Saya ditanya apakah saya bersedia jika ditempatkan di luar Kantor Pusat. Awalnya saya jawab enggan, tapi jika memang harus ditempatkan di luar Kantor Pusat saya bersedia. Lalu saya ditanya, “kalau di luar kantor pusat, memang kamu mau ditempatkan di mana?” Tanpa pikir panjang, saya jawab BANDUNG! Beliau bilang, “cukup susah kalau Bandung karena sudah full formasinya. Kayanya untuk lulusan komunikasi kayak kamu pantes ditempatin di Bali ya? Di Bali sering banyak event, kamu bantu di sana.”

Ya gimana ya guys, saya suka sih sama Bali tapi untuk liburan ya, bukan untuk bekerja dan menetap lama. Tapi karena ini wawancara akhir, I just pretend everything is OK. Ya sudah, saya bilang saya siap dimanapun ditempatkan dengan mantap! Dengan begitu, berakhir pula sesi wawancara yang cukup singkat itu.

Tes waawancara ini dilaksanakan 29 Mei, dua bulan kemudian (di mana saya sudah hopeless) akhirnya mendapat surel AirNav yang menyatakan bahwa saya lolos! Saya ingat betul, pengumuman ini saya terima di pagi hari ketika saya berada di rumah (kalau tidak salah, setelah Lebaran). Rasanya gemetar seolah tidak percaya. Saya beritahu ibu saya, beliau nangis (padahal saya gak sampai nangis, sih). Sujud syukur dan tak henti-hentinya saya berterima kasih pada Allah, orang tua, teman-teman yang tahu betul perjalanan saya dari Desember 2014 hingga diterima di AirNav pada Juli 2015. Berterima kasih juga pada Astra International dan Bank Danamon yang sudah mengisi waktu-waktu luang saya. Karena saya hampir diterima di dua perusahaan ini (sudah sampai wawancara akhir juga soalnya).

1.jpg

Itulah perjalanan saya menjadi insan AirNav Indonesia, jika dirangkum, akan seperti ini alurnya:

Untitled.jpg

Sekian cerita dari saya, semoga berguna bagi teman-teman. Aamiin 🙂

Perjalanan Menjadi Insan AirNav Indonesia (Bagian 1)

“Kok bisa sih masuk AirNav? Gimana caranya?”

“Assalamualaikum, mbak. Kapan ya ada rekrutmen AirNav lagi? Saya mau banget masuk AirNav. Tes-nya apa aja?”

Pertanyaan-pertanyaan di atas ini kerap kali dilontarkan teman-teman saya, maupun para warganet di akun media sosial saya. Intinya, mereka sama-sama ingin tahu bagaimana saya bisa masuk dan menjadi karyawan di AirNav Indonesia.

Sebelumnya, apakah kalian tahu AirNav itu apa?

“Kamu jadi apa di AirNav? Pramugari?”

“AirNav itu maskapai mana ya, Shab?”

“AirNav apaan sih? Baru denger.”

Bukan salah bunda mengandung Anda yang belum mengenal AirNav 😀 Usia AirNav memang masih terbilang muda jika disandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain. Namun, fungsi AirNav mungkin pernah teman-teman rasakan. Menjaga keselamatan penerbangan adalah tugas pokok AirNav. Sebagai salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang konektivitas, AirNav menjadi satu-satunya penyedia pelayanan navigasi penerbangan di Indonesia. Sebelum AirNav berdiri, tugas dan kewajiban tersebut berada di bawah PT Angkasa Pura 1 dan 2. “Aktor” utama AirNav ialah Air Traffic Controller (ATC). Kalau teman-teman pernah ke Bandara, lalu melihat tower sekitar Bandara, nah dari situlah teman-teman ATC bekerja. Untuk mengenal AirNav lebih lanjut, sila kunjungi laman www.airnavindonesia.co.id

Kembali ke topik utama, bagaimana cara bekerja di AirNav? Di sini saya akan membagikan pengalaman saya, jadi mohon maaf jika pengalaman saya berbeda dengan cerita karyawan AirNav lainnya.

Saya lulus dari Ilmu Komunikasi Unpad pada 10 Desember 2014. Dua minggu setelah lulus, di Line Group angkatan ada pengumuman rekrutmen AirNav Indonesia. Sebagai fresher yang memiliki semangat job seeking tinggi, tanpa mengenal perusahaannya pun, saya rasanya mau daftar. Perlu ditekankan, saya masuk ke AirNav Indonesia melalui rekrutmen umum, di mana pengumuman dan rekrutmennya besar-besaran untuk seluruh Indonesia. Dan rekrutmen umum ini yang pertama kalinya diadakan AirNav Indonesia.

Berbekal ijazah, saya masuk ke website rekrutmen AirNav Indonesia. Pendaftarannya dilakukan secara daring. Melihat persyaratannya, akhirnya saya tidak langsung daftar karena harus membuat SKCK dan SKBN. Berikut beberapa persyaratan rekrutmen AirNav angkatan saya:

persyaratan rekrutmen.jpg

Persyaratannya cukup standar seperti rekrutmen BUMN lainnya. Setelah membuat SKCK dan SKBN, saya isi formulir daring tersebut, saya unggah berkas-berkas yang dibutuhkan. Kalau tidak salah, kami juga perlu mengunggah ijazah dan pas foto. Kemudian setelah di-submit, hal selanjutnya ialah MENUNGGU 🙂

Selain daftar AirNav, saya daftar ke beberapa perusahaan lainnya. Saking banyaknya, saya pun lupa pernah daftar kemana saja. Hingga tiba-tiba di suatu siang bolong (sebulan setelah pendaftaran), di tengah perjalanan Jatinangor-Tasikmalaya dengan Primajasa, saya menerima sebuah surel dari AirNav yang menyatakan bahwa saya berhak mengikuti tes kemampuan bidang studi secara daring. Jadi, tes ini bisa dilakukan di mana saja ya, asal ada komputer dengan fasilitas koneksi internet yang stabil. Waktu itu saya memilih rumah saya karena wifi-nya kencang, suasananya tidak bising (dibanding mengerjakan di tempat umum), dan nyaman.

Soal untuk tes kemampuan bidang studi ini disesuaikan dengan latar belakang pendidikanmu. Karena saya lulusan komunikasi, jadi pertanyaannya mengenai ilmu komunikasi dasar. Kebetulan baru lulus, jadi masih anget-anget tai ayam (ini bener gak sih perumpamaannya?). Selain itu ada soal pengetahuan umum, Bahasa Inggris, dan soal psikotest sedikit. Semua soal berupa pilihan ganda dan diberi waktu tiga (3) jam untuk pengerjaannya.

Soalnya susah atau mudah? LEMES shaaay begitu dimulai waktunya, entah mengapa tangan ini tremor. Deg-degan juga mungkin ya karena kebetulan tes AirNav ini tes kerja pertamaku. Kalau ditanya susah atau mudah, everything in between lah ya. Saya kerjakan 70% semua soalnya (terlepas itu benar atau salah). Kuncinya adalah latihan terus mengerjakan soal-soal seperti itu, selalu update pengetahuan umum, dan relax. Sekedar tips, setelah selesai mengerjakan, lebih baik lupakan tes ini. Kalau diingat-ingat bikin pening pala incess.

Kurang lebih dua minggu, saya mendapat surel yang membawa kabar bahagia. YES! Saya lulus tes kemampuan bidang studi! Jujur, mulai dari sini saya seriusin si AirNav ini. Mulai dari sini pula saya mencari tahu apa itu AirNav karena memang sebelumnya saya tidak tahu apa-apa mengenai AirNav 😦 Dengan tekad yang bulat sebulat tahu bulat, bagaimana caranya SAYA-HARUS-MASUK-AIRNAV!

Tes selanjutnya adalah psikotest dan focus group discussion (FGD) yang dilakukan di BPPSDM Kementerian Kesehatan, Kebayoran-Jaksel. Mengantongi restu orang tua, ditemani sang Ibu, berangkatlah saya dan Ibu ke Jakarta. Nah, tes ini dibagi menjadi dua hari. Hari pertama adalah psikotest. Saya datang agak terlambat saat itu, sehingga saya duduk di kursi belakang. Selain psikotest seperti biasa, kami juga mendapat tes Koran atau tes kreplin. Kebetulan saya lupa diberi waktu berapa jam (maaf ya..) Tips and tricks psikotest mah bisa lah ya dicari di mbah google atau bahkan kalian lebih jago daripada saya.

Hari kedua, FGD! Pikiran saya kalau mengenai FGD itu adalah bagaimana nanti kita memberi pendapat dalam sebuah kelompok mengenai suatu hal, di mana hal itu merupakan sebuah solusi dari permasalahan yang dilempar di kelompok tersebut. I got that point! Tapi, FGD waktu tes AirNav ini sangat berbeda dari FGD biasa. Pada waktu bersamaan, saya juga sedang tes Management Trainee Danamon dan Astra International and totally different! Jujur, sampai saat ini saya bingung kalau disuruh menjelaskan bagaimana FGD AirNav. Waktu itu kami diberi selembar kertas yang berisi soal yang harus dicari jawabannya. Nah, jawabannya ini bisa kita minta atau bertukar jawaban dengan kelompok lain. Ini yang menurut saya lucu dan beda dari FGD biasa. Selain soal yang mesti diselesaikan secara berkelompok, ada soal untuk individu juga. Kurang lebih soal ini lebih ingin tahu sejauh mana kita mengenal AirNav.

Dua hari yang “panas” ini selesai. Saya dan Ibu kembali ke Tasikmalaya sembari berharap lebih untuk dapat melanjutkan ke sesi tes selanjutnya. Dua minggu kemudian saya menerima surel dari AirNav lagi yang menyatakan bahwa saya……………

Ya lolos seleksi lah -__________- makanya sekarang bisa kerja di AirNav. Oke, mengenai tahap-tahap selanjutnya akan saya ceritakan di postingan saya selanjutnya. Jika teman-teman AirNav ada yang ingin berbagi atau sekedar menambahkan cerita ini, saya persilakan untuk memberi masukannya di kolom komentar. Sekiranya ada hal-hal yang ingin ditanyakan oleh teman-teman, bisa ditanyakan melalui komentar. Insya Allah akan saya balas 🙂

 

Kebebasan Berekspresi, Etika Komunikasi, dan Tanggung Jawab

Ada banyak kasus aktual di masyarakat yang dapat kita tinjau sebagai persoalan etika komunikasi. Dewasa ini, kemajuan teknologi sudah tidak dapat dibendung lagi. Berbagai
platform media baru kian menjamur dan makin digilai oleh khalayak, sebut saja media sosial.
Hal ini tentunya memudahkan setiap orang untuk bertukar informasi, menyuarakan opini, hingga aktualisasi diri. Namun perlu diperhatikan, alih-alih membawa manfaat, media sosial bagai pisau bermata dua. Komunikasi terjalin jika terdapat komunikan dan komunikator, interpretasi dan kesepakatan makna harus atas persetujuan kedua belah pihak. Jika pesan yang disampaikan komunikan diinterpretasi berbeda oleh komunikator, akan timbullah masalah. Apabila kita tidak bijak dalam menggunakan, hendaknya berujung pada kerugian seperti kasus yang penulis angkat berikut ini.

Artis Stand Up Comedy (komika) Muhadkly MT alias Acho tersandung kasus pencemaran nama baik dan fitnah karena curhat soal fasilitas apartemen di akun media sosialnya. Berawal dari keluhan soal fasilitas apartemen ditulis Acho di blog pribadinya, muhadkly.com, sejak 8 Maret 2015. Beberapa bulan setelah tulisan itu muncul, kuasa hukum pengembang PT Duta Paramindo Sejahtera, Danang Surya Winata, melaporkannya ke Polda Metro Jaya pada 5 November 2015. Acho dianggap melanggar pasal 27 ayat 3 UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan pasal 310-311 KUHP tentang pencemaran nama baik. Dalam blog-nya, Acho mengungkapkan kekecewaan, karena pengembang tidak memenuhi janji untuk menjadikan area apartemen sebagai ruang terbuka hjau dan beberapa keluhan lainnya.

Dewasa ini, kita dihadapkan dengan era new media atau media baru. Media baru adalah
media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik (Mondry, 2008: 13). Sejalan dengan hal tersebut, terciptalah fenomena maraknya media sosial yang dijadikan sarana menghubungkan manusia untuk berinteraksi. Pesan dapat dikirimkan secara instan dan massal hanya dalam hitungan detik.

Penggunaan media sosial di Indonesia dipandang sebagai suatu bentuk demokrasi. Warga Net memiliki hak untuk mengelola media sosialnya sendiri dengan konten tertentu. Terkadang, masalah pribadi pun menjadi konsumsi publik. Terlebih bagi seorang public figure, kadang mereka dijadikan panutan oleh penggemarnya, sehingga apa yang public figure itu sampaikan akan didengar dan diyakini sebagai suatu kebenaran.

Kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan kematangan mental serta tingginya moral pemakainya akan menimbulkan beberapa kalangan terancam keamanan dan kenyamanannya. Dibutuhkan sebuah regulasi yang mengatur kebebasan dalam bermedia sosial, maka dari itu muncullah istilah Netiket. Netiket atau Nettiquette adalah etika dalam berkomunikasi lewat internet.

Kebebasan berekspresi sering dijadikan alasan warga net, baik itu blogger, buzzer, atau pengguna dari kalangan awam. Mereka mengira, internet memberikan kebebasan seluas-luasnya tanpa batas. Orang bisa mengaku sebagai siapa saja, tanpa diketahui identitas aslinya. Nyatanya tidak.

Definisi kebebasan menurut John Stuart Mill secara ontologis substansial bukanlah perbuatan bebas atas dasar kemauan dirinya sendiri, bukan pula perbuatan bebas tanpa kontrol, tanpa pembatas, yang mengakibatkan daya kritis masyarakat tetap tiarap, namun perbuatan bebas yang diarahkan menuju sikap positif, tidak mengganggu dan merugikan orang lain, dan sebaliknya menguntungkan kedua belah pihak. Secara singkat, kebebasan pun harus mengenal tanggung jawab.

Melihat kondisi masyarakat sekarang yang masih kurang pemahamannya tentang bagaimana menggunakan media baru (internet) sepertinya memang perlu adanya kontrol yang membayangi setiap tindakan seseorang dalam menggunakan media untuk berpendapat atau berekspresi, selama orang tersebut belum memiliki kontrol terhadap dirinya, undang-undang itu ada benarnya. Tinggal kita memerlukan edukasi dan peningkatan pemahaman terhadap cara pakai media untuk berbagai urusan.

Kasus Acho ini bukan merupakan yang pertama kali. Kejadian serupa pernah diawali oleh Prita yang dituntut pihak RS Omni atas pencemaran nama baik. Dari dua kejadian ini kita menyimpulkan bahwa keterbukaan informasi semakin bebas. Kita patut memilah konten pesan yang bagaimana yang boleh dibagikan kepada publik dan mana yang bersifat pribadi. Jangan sampai apa yang dibagikan ke khalayak adalah sesuatu yang menimbulkan kontroversi atau mengusik hak orang lain karena bila hal ini terjadi, inilah cikal bakal pelanggaran etika komunikasi.

Kebebasan manusia harus diiringi rasa tanggung jawab agar kebebasan tersebut menuju
poros kebaikan yang tidak merugikan orang lain, mengingat manusia adalah makhluk sosial. Untuk mencegah kejadian serupa, alangkah baiknya kita mampu mengontrol diri kita dan menegakan etika berkomunikasi di media sosial.

Harry Potter and The Cursed Child

Halo! Akhirnya setelah sekian lama saya meng-hiatus-kan diri dari wordpress, rasanya ingin segera comeback tapi apa daya waktu dan hasrat sedang tidak sinkron. Tapi berhubung hari ini #HariBloggerNasional, saya ingin memperbarui laman saya yang sudah usang. Memaksakan untuk kembali memang sulit pada awalnya, namun mudah-mudahan terbiasa nantinya. Aamiin!

Sebagai a-die hard-potterhead, saya begitu excited ketika peluncuran buku Harry Potter ke-8. Thanks, Madam Rowling, you bring us back to our childhood. Harry Potter and The Cursed Child sudah saya pesan sejak bulan Mei dan diluncurkan pada akhir bulan Juli. Setidaknya dapat mengobati rindu pada Harry Potter lah yaa (iya-in aja, guys!).

unnamed

Okay, tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Saya ambil buku pesanan saya. Setelah dalam genggaman tangan saya (cieee), saya buka bungkusnya, dan WOW! Ternyata ber-Bahasa Inggris, pemirsa! Satu hal yang saya skip saat hendak membeli buku ini. Saya tidak tau bahwa buku tersebut masih ber-Bahasa Inggris. Helai demi helai saya buka dan baca sekilas, ternyata not bad. Bahasa Inggrisnya masih dapat saya mengerti dan enak dibaca. Maksud “enak dibaca” di sini adalah buku ini bercerita bukan per-paragraf full, tapi dengan teknik seperti naskah. Saya yakin, kalau saya diberikan waktu seminggu hanya untuk membaca buku ini, saya pasti dapat menyelesaikan tepat waktu or even earlier.

Itu perkara bahasa. Nah, perkara cerita, lain lagi. Dapat dikatakan cukup kompleks karena apabila Anda bukan seorang Harry Potter freaks yang mengikuti ceritanya dari awal, mungkin Anda enggan menamatkan The Cursed Child. Jalan ceritanya maju-mundur-maju mundur shyaaantiek! Kalau saya pribadi, karena mengikuti Harry Potter sejak sebelum puber sampai sekarang menjadi wanita karir (iya-in aja lagi), ketika saya membaca The Cursed Child ini seakan-akan #throwback gitu deh.

Oke. Mungkin sebagian pembaca yang mengunjungi laman saya ini berharap saya menceritakan apa sih yang diceritakan di buku The Cursed Child? Well, intinya saja ya 😉 Karena jujur saja ceritanya cukup kompleks dan saya bingung mulai menceritakan konflik yang mana 😦

Betul adanya, buku ini menceritakan kehidupan Harry Potter 19 tahun setelah kekalahan Voldemort. Ya, Harry Potter adalah Kepala Departemen Penegakan Hukum Sihir dan memiliki tiga anak dengan Ginny Weasley, mereka adalah; James Sirius, Albus Severus, dan Lily Luna. Hermione Granger menjadi Menteri Sihir dan telah menikah dengan Ron Weasley yang mengelola Weasley’s Wizard Wheezes — dan memiliki dua anak; Rose dan Hugo, yang menggunakan nama belakang ganda Granger-Weasley.

Menurut saya, pemeran utama di cerita kali ini adalah Albus Severus si anak kedua dari Harry-Ginny. Albus Severus dan Harry Potter ini menjalani hubungan love-hate-relationship ayah dan anak. Dapat dikatakan Albus mewarisi sifat rebel si Potter. Asli, ngeselin abis si Albus di buku ini. Terceritakanlah si Albus tersortir menjadi anak Slytherin, ada saat di mana dia merasa tertekan karena memiliki ayah seorang penyihir fenomenal, Harry Potter. Sering dibandingkan dengan ayahnya, membuat Albus semakin ingin mencari jati diri dan membedakan dirinya dari Harry Potter.

Albus menjalin persahabatan dengan anak dari Draco Malfoy, yaitu Scorpius Malfoy. Mereka berdua mengalami petualangan lintas waktu dengan time turner. Masih pada ingat gak, time tuner hits di serial Harpot ke berapa??? Mereka mengarungi waktu untuk merubah masa lalu yang diyakini Albus sebagai kesalahan ayahnya, Harry Potter. Tahukah kalian bahwa Albus dan Scorpius kembali ke zaman Triwizard Tournaments untuk menyelamatkan Cedric Diggory 🙂 Di sinilah petualangan dimulai. Mereka bertemu dengan peristiwa-peristiwa masa lampau yang belum diceritakan di film/buku sebelumnya.

Bukan berujung memperbaiki, malah memperumit keadaan. Alih-alih time turner tersebut rusak, Albus dan Scorpius membuat cemas orang tua mereka dan seluruh penghuni Hogwarts karena dikabarkan menghilang. Albus dan Scorpius “terlempar-lempar” ke beberapa waktu yang sudah lewat. Lalu, bagaimana nasib kedua sahabat tersebut? Akankah mereka dapat kembali ke waktu semula? Apakah hubungan Albus dan Harry akan membaik seiring berjalannya waktu? Silakan temukan jawabannya setelah membaca bukunya 😉

Over all, saya puas membaca buku ini. By the way, “Harry Potter and the Cursed Child” adalah sebuah drama panggung yang dipentaskan di London. Para fans yang jauh dari London (termasuk kita di Indonesia) langsung pada ngomel dan minta supaya naskah dari “Harry Potter and the Cursed Child” ini dibukukan. Maka dari itu, buku ini dirilis dalam bentuk naskah drama dan nggak akan sama dengan ketujuh buku Harry Potter sebelumnya yang bergaya novel. Alias membantu kita lebih mudah memahami ceritanya (atau mungkin saya saja yang kurang fasih berbahasa Inggris).

(Spoiler Alert!) London Has Fallen

london-fallen_post_1200_1778_81_s

London Has Fallen. Membaca judulnya, membuat saya sedikit flashback ke tahun 2013. Mengapa? Karena ingatan saya langsung merujuk pada film Olympus Has Fallen. Dengan judul yang hampir sama itu, mungkin akan mudah ditebak bagaimana jalan cerita film tersebut.

Senada dengan Olympus Has Fallen, film White House Down pun dulu mengusung tema yang sama yakni lumpuhnya negara adidaya Amerika Serikat. Secara pribadi, saya lebih suka dengan Olympus Has Fallen (don’t ask why).

Kembali lagi ke London Has Fallen. Sudah saya duga bahwasanya film ini bercerita tentang porak-poranda Kota London karena serangan teroris. Serangan teroris tersebut berawal dari rencana pembunuhan terhadap pemimpin-pemimpin dunia. Benarkah dugaan saya? Ya, benar. Perbedaan dengan Olympus Has Fallen adalah negara yang dihancurkan dan bangsa yang menjadi teroris. Oh ya, saya tidak bersumpah bahwa saya tidak akan spoiler (karena saya anggap detik ini, saat Anda membaca blog saya, Anda sudah menonton film ini).

Bukan kapasitas saya mengomentari film ini bagus atau tidak. Tapi, saya dapat katakan bahwa London Has Fallen patut ditonton oleh Anda, terutama pecinta film action, berbau teroris, atau fans-nya Opa Morgan Freeman (seperti saya). Pesan saya, jangan harap cerita di film ini berbeda dengan film pendahulunya. Konklusinya, sebelas dua belas-lah dengan Olympus Has Fallen dan White House Down.

Entah mengapa, saya sempat menjatuhkan beberapa bulir air mata saat menonton London Has Fallen. Padahal, saya terhitung jarang menangis saat menonton film (sekalipun film sedih atau drama Korea). That means, film ini cukup emosional (menurut saya pribadi).

Sisi lain film ini yang menarik adalah tentang terorisme. Seluruh belahan dunia mungkin tau akan isu terorisme. Belakangan ini, isu terorisme merebak di beberapa negara. Tersebutlah beberapa negara, suku, dan agama yang sering disangkutpautkan dengan terorisme. Isu sensitif seperti ini berani diangkat oleh London Has Fallen. Seketika itu, saya sempat berpikir apakah film ini di-set untuk memicu keberpihakan penonton pada salah satu kubu dalam peperangan? Wallahualam 🙂

Memahami Pelemahan Rupiah (Secara Benar)

good explanation

Litter Press

(Revisi 25/8, 9.53: beberapa orang menganggap bahwa masalah reaksi berlebihan (a.k.a. lebay) pasar perlu diperjelas di artikel ini. Tambahan tulisan berwarna biru)
(Revisi 25/8, 21:13: memperjelas bahwa industri yang terkena cacat bawaan adalah industri yang diproteksi dari persaingan dengan produk luar negeri. Beberapa industri yang tidak diproteksi malah seringkali dihambat dengan penegakan hukum yang lemah dan regulasi yang berbelit)

Oke, jadi kemarin sore kurs Rupiah terhadap Dollar AS untuk pertama kalinya tutup di atas 14.000. Seperti biasa, banyak orang yang tidak mengerti dasar-dasar ilmu ekonomi mulai bicara seolah-olah tahu apa duduk perkara pelemahan Rupiah.

Pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita semua: mengapa bisa kurs Dollar AS (selanjutnya USD) terhadap Rupiah (selanjutnya IDR) mencapai 14.000? Salah siapakah sehingga Rupiah bisa loyo? Apa yang akan terjadi?

Dan seperti biasa, setelah kita bertanya-tanya, pemerintah menjadi pihak pertama yang langsung disalahkan atas pelemahan Rupiah (ada benarnya, namun tidak sepenuhnya benar). Kemudian reaksi berikutnya…

View original post 2,393 more words